WARTA, TANJUNG SELOR – Kondisi sejumlah sekolah dasar (SD) di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, memprihatinkan. Tak hanya satu atau dua, laporan warga dan pantauan lapangan menunjukkan bahwa deretan sekolah rusak parah masih belum mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.
Sebut saja SDN 15 Sabanar Lama yang berdiri di atas lahan sengketa, lalu SDN 003 Dusun Antal, Desa Salimbatu, dengan plafon ruang kelas yang nyaris roboh, serta SDN 012 di SP7 Tanjung Palas Tengah yang sejak 2020 terpaksa memindahkan kegiatan belajar-mengajar karena bangunan utama mengalami kerusakan berat.
Kondisi terbaru datang dari SDN 006 Tanjung Palas Utara, yang menurut laporan warga di media sosial Koran Kaltara, bangunannya bahkan tidak lagi tampak seperti sekolah.
Dari luar seperti rumah kosong. Atapnya berkarat, dinding kayu sudah usang, dan plafon di ruang kelas terbuka di mana-mana. Seperti tidak layak digunakan untuk tempat belajar anak-anak.
Ironisnya, sejumlah sekolah dengan kondisi memprihatinkan tersebut tidak masuk dalam daftar prioritas pembangunan tahun 2025 yang dirancang oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bulungan.
Berdasarkan data dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bulungan, total anggaran untuk peningkatan sarana dan prasarana SD-SMP di tahun 2025 mencapai Rp 24,7 miliar.
Namun, alokasi anggaran tersebut justru lebih banyak diarahkan untuk pembangunan rumah dinas guru, pagar sekolah, renovasi ruang kepala sekolah dan ruang guru, bukan untuk rehabilitasi ruang kelas rusak berat yang langsung berdampak pada proses belajar siswa.
Hal ini memicu reaksi dari masyarakat yang menilai prioritas anggaran pendidikan di Bulungan tidak menyentuh kebutuhan paling mendesak, yaitu keselamatan dan kenyamanan siswa di ruang kelas.
Publik pun mendesak agar pemerintah daerah—khususnya Dinas Pendidikan—melakukan tinjauan ulang terhadap sekolah-sekolah yang kondisinya sudah tidak layak dan memastikan alokasi anggaran tepat sasaran untuk menjamin kualitas pendidikan dasar di daerah ini.