WARTA, TANJUNG SELOR – Maraknya toko ritel modern di Kabupaten Bulungan mulai menuai sorotan. Anggota Komisi II DPRD Bulungan, Mustafah, menyuarakan keprihatinan terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap toko-toko tradisional dan pelaku usaha mikro yang kini kian terpinggirkan.
Menurut Mustafah, kehadiran ritel modern memang membawa sisi positif, seperti penciptaan lapangan kerja dan penyediaan barang kebutuhan masyarakat secara lengkap dan tertata. Namun, ia menilai dominasi ritel modern bisa berdampak serius terhadap keberlangsungan ekonomi masyarakat kelas bawah yang mengandalkan warung kecil sebagai sumber penghidupan.
“Kita tidak menolak investasi, tapi harus ada keseimbangan. Jangan sampai toko-toko tradisional yang sudah puluhan tahun bertahan, justru harus gulung tikar karena tidak mampu bersaing,” ujarnya.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menegaskan perlunya intervensi kebijakan dari pemerintah daerah untuk melindungi pelaku usaha lokal. Salah satu langkah konkret yang diusulkan adalah pembatasan jumlah ritel modern serta pengaturan jam operasionalnya.
“Kalau bisa, pemerintah tetapkan aturan yang membatasi jam buka toko modern. Jangan sampai kesannya ada pembiaran. Warung kecil harus diberi ruang untuk tetap hidup,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa keberadaan toko tradisional bukan sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga bagian dari struktur sosial masyarakat yang telah lama terbentuk dan menopang kehidupan banyak keluarga.
Dengan status Bulungan sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Utara dan daya tariknya terhadap investor, Mustafah berharap pertumbuhan sektor ritel dapat diimbangi dengan perlindungan terhadap ekonomi rakyat kecil, agar tidak terjadi ketimpangan yang makin melebar.
