WARTA, TANJUNG SELOR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Utara (Kaltara) telah memetakan wilayah rawan bencana di seluruh kabupaten dan kota. Setiap daerah di provinsi termuda ini memiliki potensi bencana yang berbeda, mulai dari banjir, tanah longsor, angin puting beliung, abrasi pantai, hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala Pelaksana BPBD Kaltara, Andi Amriampa, menyampaikan bahwa pemetaan ini penting untuk memperkuat langkah mitigasi dan kesiapsiagaan masyarakat.
“Setiap wilayah memiliki karakteristik bencana yang berbeda. Di Nunukan dan Malinau, misalnya, banjir menjadi ancaman utama,” jelasnya pada Senin (14/4/2025).
Sementara itu, di Kabupaten Tana Tidung, khususnya Kecamatan Tanah Lia, kerap terjadi angin puting beliung. Sedangkan di Kota Tarakan, bencana seperti banjir akibat hujan deras maupun banjir rob dari air laut, hingga tanah longsor dan abrasi pantai menjadi tantangan tersendiri.
“Daerah kepulauan di Tarakan banyak terdampak abrasi pantai. Curah hujan yang tinggi juga membuat wilayah ini rentan terhadap banjir dan longsor,” tambah Andi.
Untuk wilayah Kabupaten Bulungan, bencana yang paling sering terjadi adalah banjir dan karhutla. Kecamatan Tanjung Palas Timur disebut sebagai salah satu wilayah yang rawan kebakaran hutan dan lahan.
“Karhutla umumnya dipicu oleh aktivitas manusia, sehingga upaya pencegahannya harus dimulai dari edukasi dan sosialisasi,” imbuhnya.
Andi menekankan bahwa dalam penanganan bencana, terdapat tiga fase penting: pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana. Tahap pra-bencana melibatkan mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat.
“Mitigasi misalnya dilakukan dengan menyosialisasikan bahaya karhutla kepada masyarakat, termasuk kelompok tani maupun perusahaan. Kami juga mendorong penguatan kelembagaan seperti Desa Tangguh Bencana dan Masyarakat Peduli Api (MPA),” tegasnya.
Dengan adanya pemetaan ini, BPBD berharap seluruh lapisan masyarakat bisa lebih siaga dan tangguh menghadapi berbagai potensi bencana di daerah masing-masing.